Alasan Balita 3 Tahun di Magetan Jadi Perokok Aktif, Ditinggal Ortu Cerai, Larangan Kakek Tak Mempan

 

TRIBUNJATIM.COM - Balita berusia 3 tahun menjadi perokok aktif dan menuai beragam komentar di media sosial.

Tak cuma di usia 3 tahun saja, balita ini memulai aksi merokoknya sejak usia 1,5 tahun.

Usia yang sangat muda untuk menjadi perokok aktif.

Kondisi Balita 3 tahun di Magetan merokok ini menjadi perbincangan di kalangan netizen.

Dinas Kesehatan setempat mengungkapkan kronologi hingga pendampingan untuknya.

Seorang balita tampak asyik menyeret mobil mainan di depan rumahnya di Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 

Bersama anak lain, balita tersebut kemudian berlarian di halaman rumah yang sempit dan berdebu.

Balita itu adalah G yang masih berusia 3 tahun 3 bulan.

Sepintas G tampak seperti balita pada umumnya, namun ternyata diketahui G pernah menjadi perokok aktif saat usianya sekitar 1,5 tahun.

Ternyata, kebiasaan merokok itu terjadi akibat lingkungan sekitarnya yang mendukung.

Pada pertengahan tahun 2022, video yang memperlihatkan balita G merokok, sempat beredar di media sosial.

Kepala Desa setempat Aris Purwanto mengaku, mengetahui video balita G mengisap rokok dari status akun media sosial warganya.

“Tahunya dari status warga video balita G merokok, akhirnya (unggahan) viral dan jadi perbincangan warga,” ucapnya, Selasa (20/6/2023), dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com

Aris menambahkan, kebiasaan balita itu mengisap rokok sejak usai sekitar 1,5 tahun diduga karena lingkungan.

Pemicu awal G merokok adalah kurangnya pengawasan orang tua.

Bagaimana tidak, orang tua G sudah bercerai bahkan ketika usia sang anak masih masuk 8 bulan.

Kedua orangtua balita G telah bercerai. Semenjak saat itu G lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan kakeknya yang berinisial J (67).

Ketika J bekerja serabutan sebagai penebang pohon, G selalu mengikuti.

Waktu J diduga kerap dihabiskan di warung kopi.

Dari situlah diduga G mengenal dan mencoba rokok.

Aris mengatakan, anak kecil seusia G tentu akan meniru tingkah laku orang-orang di sekitarnya yang dia lihat.

Termasuk pada kebiasaan merokok orang di sekitarnya.

“Kan sering dibawa ke warung, mungkin iseng atau apa dikasih rokok, kemudian direkam, akhirnya dijadikan status di media sosial,” jelas dia.

Aris yang tinggal dekat dengan tempat tinggal balita G mengaku, sejak mengetahui video balita G merokok, dirinya mulai melakukan tindakan.

Salah satunya mengajak masyarakat mengingatkan kakek G agar tidak memberikan rokok kepada cucunya.

Aris juga mengaku sempat melaporkan kondisi balita G kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Magetan.

Bahkan untuk mencegah sang kakek memberikan rokok, dia mengaku menekan secara sosial.

“Saya sempat intimidasi melalui lingkungan, kalau tidak bisa mencegah memberikan rokok, kalau butuh apa-apa jangan minta tolong lingkungan. Anak ini tidak tahu apa-apa kalau tidak dikasih rokok,” katanya.

M (27), ibu balita G mengatakan, telah bercerai dari sang suami atau ayah G.

Sehari-hari, dia tinggal bersama bapaknya, J (67) yang bekerja sebagai penebang pohon dan putranya yang masih balita.

"Saya tidak bekerja, setelah bercerai dengan bapak G menikah lagi, kenalnya di media sosial, hanya delapan bulan cerai lagi," kata M kepada Kompas.com.

Semenjak perceraiaan tersebut, kata dia, balita G pun lebih dekat dengan sang kakek yang berinisial J.

Bahkan saat J bekerja, putranya selalu meminta ikut dengan sang kakek.

Kebersamaan mereka dibenarkan oleh sang kakek, J.

Menurutnya dia dan sang cucu seolah tak terpisahkan.

“Kerja saya ya motong pohon kalau disuruh orang. G (cucu) ini sering membantu angkut ranting kecil, kalau dilarang dia enggak mau. Perasaannya sih membantu kakeknya,” katanya.

J juga mengakui bahwa kesehariannya dengan balita G lebih banyak dilewatkan di warung-warung di desanya karena panggilan bekerja memotong pohon tak setiap hari didapat.

“Kalau di warung ya ngopi sambil cari sarapan. Cucu saya ini senang nasi pecel,” ucapnya.

Sementara menurut pengakuan J, dia sendiri tidak tahu pasti apa yang menyebabkan cucunya tersebut menjadi perokok di usia 1,5 tahun waktu itu.

Dia mengetahui cucunya merokok saat rokok yang ditaruh di mejanya hilang.

“Saya tanya rokok mbah kung di mana, dia bilang dibakar. Sejak saat itu saya tahu dia merokok. Kadang rokok tamu di sini tiba-tiba hilang, pasti yang ambil G,” ucapnya.

J mengaku kebiasaan balita G merokok sebagai tingkah laku yang tidak biasa pada anak-anak.

Bahkan saat berada di warung, balita G tidak minta apa-apa, tapi dia justru mengambil rokok yang ada di toples di warung.

“Saat saya tanya dia ngakunya haji, saya kira dia kejelmanan (semacam kesurupan) tidak seperti anak-anak lainnya. Kalau saya ajak ke warung dia tidak minta apa-apa, tapi yang diambil ya rokok. Saya sudah melarang tapi biasanya dia lari kalau sudah dimarahi,” ujarnya. 

Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Agus Yudi Purnomo mengatakan, anak balita sangat rentan terhadap bahaya asap rokok.

Sebab, di dalam sebatang rokok mengandung beragam zat yang membahayakan bagi tubuh.

Di usia balita G yang merokok saat 1,5 tahun, menurutnya sangat berisiko terkena penyakit pernapasan dan paru-paru.

“Di tangan saja asap rokok itu kan panas, bisa dibayangkan itu berada di paru-paru anak usia 1, 5 tahun. Risiko radang parunya tinggi bahkan resiko kanker,” katanya.

Dinas Kesehatan rencananya akan menindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pada balita G.

“Kita akan upayakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak tersebut, agar bisa menekan rIsiko efek asap rokok pada paru-parunya di kemudian hari karena efeknya jangka panjang baru terasa,” pungkas Agus.









SUMBER : https://jatim.tribunnews.com/2023/06/21/alasan-balita-3-tahun-di-magetan-jadi-perokok-aktif-ditinggal-ortu-cerai-larangan-kakek-tak-mempan?page=4


Alasan Balita 3 Tahun di Magetan Jadi Perokok Aktif, Ditinggal Ortu Cerai, Larangan Kakek Tak Mempan Alasan Balita 3 Tahun di Magetan Jadi Perokok Aktif, Ditinggal Ortu Cerai, Larangan Kakek Tak Mempan Reviewed by wongpasar grosir on 12:25 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.