SURYAMAALANG.COM, MALANG - Asisten pelatih Arema FC, FX Yanuar Wahyu alami trauma besar usai tragedi Arema Vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022).
Bagaimana tidak laga antara Arema FC Vs Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan itu berubah menjadi tragedi.
Sebanyak 131 nyawa melayang dan ratusan suporter mengalami luka-luka imbas tragedi Arema Vs Persebaya kemarin.
Selain para korban dan keluarga korban yang meninggal dunia, dampak dari tragedi Kanjuruhan itu juga dirasakan langsung oleh tim pelatih dan para pemain Arema FC.
Satu di antaranya ialah FX Yanuar Wahyu, asisten pelatih Arema FC sampai mengaku ingin tinggalkan sepak bola Indonesia.
Namun niat asisten pelatih Arema FC itu terhenti usai mendapat dukungan moral dari seorang ayah korban.
Tragedi Kanjuruhan menimbulkan duka mendalam bagi banyak pihak, termasuk asisten pelatih Arema FC, FX Yanuar Wahyu.
Melalui sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya, Yanuar mengatakan bahwa ia sempat berpikir untuk meninggalkan sepak bola pasca-tragedi di Stadion Kanjuruhan.
"Sempat berpikir untuk meninggalkan sepak bola karena tragedi ini, karena tidak selayaknya sepak bola sampai mengorbankan nyawa manusia," tulis Yanuar.
FX Yanuar Wahyu yang pernah bermain untuk Persema Malang dan Persela Lamongan lantas mendapat dukungan moral dari seorang ayah yang kehilangan putrinya dalam insiden di Kanjuruhan.
Yanuar menuturkan, ayah tersebut kehilangan anak gadisnya yang berusia 15 tahun saat terjadi kerusuhan Kanjuruhan.
Dukungan dia membuat Yanuar bertekad bangkit dan terus berkontribusi bagi sepak bola Indonesia.
"Tetapi saat seorang ayah yang kehilangan anak gadisnya 15 tahun di tragedi ini dengan tegar berkata 'tetap semangat jangan pernah menyerah dan jangan pernah mundur',
saat itulah semangat bangkit kembali untuk membangun sepak bola Indonesia dan tidak akan pernah hilang."
"Mari berbenah, mari berubah untuk kejayaan sepak bola Indonesia," pungkas Yanuar.
Seperti dilansir dari Kompas: FX Yanuar: Ingin Tinggalkan Sepak Bola Usai Tragedi Kanjuruhan, Dikuatkan Ayah Korban
Insiden di Stadion Kanjuruhan selepas laga tuan rumah Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.
Berdasarkan data resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang hingga Selasa (4/10/20220 pukul 10.00 WIB, tercatat ada 131 korban meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan.
Setelah malam pilu di Kanjuruhan tersebut, berbagai elemen suporter di Tanah Air menunjukkan solidaritas dan melakukan aksi simpatik untuk para korban.
Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022).
Yanuar menuturkan, ayah tersebut kehilangan anak gadisnya yang berusia 15 tahun saat terjadi kerusuhan Kanjuruhan.
Dukungan dia membuat Yanuar bertekad bangkit dan terus berkontribusi bagi sepak bola Indonesia.
"Tetapi saat seorang ayah yang kehilangan anak gadisnya 15 tahun di tragedi ini dengan tegar berkata 'tetap semangat jangan pernah menyerah dan jangan pernah mundur',
saat itulah semangat bangkit kembali untuk membangun sepak bola Indonesia dan tidak akan pernah hilang."
"Mari berbenah, mari berubah untuk kejayaan sepak bola Indonesia," pungkas Yanuar.
Mahfud MD selaku Menko Polhukam akan memimpin langsung tim pencari fakta tersebut.
Dia didampingi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali sebagai wakil.
Adapun TGIPF Tragedi Kanjuruhan juga memiliki 13 orang anggota yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, mantan pemain, jurnalis, hingga mantan pengurus PSSI berlisensi FIFA.
TGIPF dibentuk secara khusus untuk mengusut tragedi di Stadion Kanjuruhan. Nantinya, tim gabungan independen ini akan bertugas selama dua minggu atau paling lama satu bulan.
2 Permintaan Aremania ke Pemain Arema FC saat Kondisi Mencekam
Inilah dua Permintaan Aremania ke pemain Arema FC saat berada di ruang ganti.
Hal itu terjadi usai suasana mencekam di stadion Kanjuruhan Malang, usai laga Arema Vs Persebaya di pertandingan Derby Jatim, Sabtu (1/10/2022).
Laga Arema Vs Persebaya tersebut sontak berubah menjadi tragedi hingga menewaskan lebih dari 125 jiwa.
Kesaksian suasana yang mencekam tersebut diungkap secara langsung oleh pemain Arema FC, Adam Alis.
Adam Alis mengaku masih sangat terbayang bagaimana kondisi Stadion Kanjuruhan akhir pekan lalu.
Sebagai pemain Arema FC, ia tidak pernah membayangkan bisa melihat kejadian tersebut.
Seperti diketahui, usai peluit pertandingan berakhir para pemain Persebaya Surabaya langsung berlari masuk ke ruang ganti.
Sementara para pemain Arema FC tetap berada di tengah lapangan sambil meminta maaf kepada Aremania.
Tidak berselang lama ada beberapa Aremania yang masuk ke dalam untuk memberikan kritikan semangat kepada pemain-pemain Arema FC.
Aksi itu mengundang banyak lagi Aremania yang turun ke lapangan sehingga membuat suasana tidak terkendali.
Melihat aksi itu pihak kepolisian langsung memukul mundur Aremania agar kembali ke tribun penonton.
Apa yang dilakukan pihak kepolisian itu sepertinya sia-sia dan langsung melepaskan gas air mata ke Aremania.
Suasana semakin panas dan tidak terkendali setelah gas air mata dilepaskan ke tribun penonton.
Para Aremania yang berada di tribun penonton dan tidak ke lapangan langsung panik.
Mereka berdesak-desakan untuk segera keluar dari Stadion Kanjuruhan.
Sementara para Aremania yang berada di lapangan juga memanas hingga berusaha mencari pertolongan termasuk ke beberapa pemain Arema FC.
Adam Alis yang kala itu sedang berada di ruang ganti pemain Arema FC kaget melihat situasi di luar.
Ia mengatakan bahwa kejadian itu sangat cepat.
"Masih teringat di pikiran pemain sampai sekarang."
"Semua melihatnya di dalam ruangan dan suasana begitu mengerikan," kata Adam Alis.
Ada sekitar 20 Aremania yang dibawa masuk ke dalam ruang ganti pemain.
Kondisi Aremania itu bermacam-macam, ada yang masih hidup ataupun sudah meninggal dunia.
Bahkan ada juga Aremania yang harus meninggal di pelukan pemain.
Adam Alis juga menyebutkan ada dua permintaan khusus dari Aremania ketika di ruang ganti pemain.
Aremania meminta air dan oksigen karena perih dengan gas air mata.
Sontak para pemain Arema FC langsung memberikan bantuan tersebut demi meringankan luka Aremania.
"Beberapa suporter yang masuk ke ruang pemain dalam kondisi tidak baik-baik saja."
"Mereka meminta air dan oksigen," ucap Adam Alis.
Atas kejadian itu dikabarkan sebanyak 125 Aremania meninggal dunia.
Ini menjadi tragedi terbesar nomer dua di dunia kasus meninggalnya banyak suporter dalam sepak bola.
Arema FC langsung mendapatkan hukuman larangan bermain di Malang dan tanpa penonton selama satu musim.
Arema FC juga tercancam mendapatkan hukuman lebih berat lagi.
No comments: