TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Raut wajah pilu tampak dari ES, ayah MWF (8) korban perundungan dari salah satu SD di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Bagaimana tidak, anaknya yang masih kelas 2 itu menerima pengeroyokan dari ketujuh kakak kelasnya.
Akibat kejadian tersebut, korban sempat koma. Bahkan hari ini, Kamis (1/12/2022), MWF akan menjalani operasi pengangkatan darah beku di otak di RSUD Kanjuruhan, Malang.
"Dari hasil CT Scan, penyerapan darah di otak itu masih kecil. Sehingga ada darah beku di otak," ujar ES dengan suara sendu.
Akibat pembekuan darah di otak itulah, dokter memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan darah pada Kamis (1/12/2022) pukul 12.00 WIB.
ES mengaku kaget setelah mendengar pernyataan dari dokter untuk dilakukan operasi di kepala anaknya.
"Sejak kemarin, kami diberitahu oleh dokter. Selanjutnya kami berunding dengan keluarga dan sepakat untuk mengikuti anjuran dokter," imbuhnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, MWF, siswa kelas 2 SD di Kepanjen mengalami perundungan dari ketujuh kakak kelasnya pada Jumat (11/11/2022).
Akibat dari perundungan itu, korban mengalami luka yang cukup parah hingga koma.
Dari pemeriksaan dokter, terdapat gumpalan darah di otak korban. Sehingga korban harus dirujuk ke RSUD Kanjuruhan untuk melakukan operasi pengangkatan darah beku di otak.
Motif Perundungan
Sampai saat ini polisi masih menyelidiki kasus perundungan siswa SD di Kepanjen .
Diduga, motif tujuh anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) yang melakukan perundungan itu karena pemalakan.
Motif tersebut diungkapkan oleh ES, ayah MFW (7) saat ditemui di Rumah Sakit Islam (RSI) Gondanglegi.
Menurut ES, MWF sudah dipalak oleh ketujuh ABH sejak dirinya duduk di bangku kelas 1.
"Jadi ini karena pemalakan. Kan uang sakunya setiap hari Rp 6 ribu, yang Rp 5 ribu diminta kakak kelasnya yang kelas 6," terang ES, Kamis (24/11/2022).
ES menjelaskan, jika sang anak tidak menyetorkan uang tersebut ke kakak kelasnya, maka ia akan dihajar.
Selama menerima pemalakan dari kakak kelasnya itu, MWF tidak pernah menceritakannya ke orang tua.
"Mungkin gengsi mau cerita, takutnya dibilang anak suka ngadu sama temen-temennya. Sampai kelas 2 ini tidak pernah cerita," ungkapnya.
MWF akhirnya menceritakan semua kejadian itu usai sembuh dari koma.
Namun, dirinya tidak mengetahui nama dari para perundung yang menyebabkan dirinya koma.
Menurut ES kejadian yang menimpa anaknya ini sudah terlalu fatal, hingga akhirnya ES melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian.
Seperti yang diberitakan sebelumny, FWS dikeroyok oleh tujuh kakak kelasnya usai pulang dari sekolah pada 11 November 2022 di salah satu desa di Kepanjen.
Usai dikeroyok, korban lantas tidak berdaya dan ditinggalkan oleh ketujuh pelaku.
Hingga akhirnya, korban ditemukan oleh pencari rumput dan diantar ke rumahnya.
Ayah korban menyebutkan jika FWS pulang telat. Sesampainya di rumah, korban korban tidak menceritakan kejadian itu.
Namun, korban yang berada di rumah itu merasa kesakitan mulai dari pusing hingga mual.
ES pun memberikan obat dari bidan. Karena FWS sebelumnya sakit tipes dan baru saja sembuh.
"Saya bawa ke bidan anak-anak, keadaannya sedikit membaik selama dua hari" ujarnya.
Namun keadaan FWS semakin memburuk, pada Rabu (16/11/2022) sore, korban mengalami pusing yang luar biasa hingga kejang.
Orang tua korban lantas membawanya ke klinik terdekat. Namun, pihak klinik merujuknya ke RSI Gondanglegi.
Hingga akhirnya, korban mengalami koma dan telah sadar dua hari yang lalu.
Sampai saat ini, FWS masih dalam proses perawatan intensif dari pihak rumah sakit.


No comments: